Pages

Ads 468x60px

Labels

Jumat, 28 Maret 2014

SAAT IA TERBUJUR KAKU

                         SAAT IA TERBUJUR KAKU


Semua orang tak menyangka bahwa Gadis lah yang menjadi juaranya. Namun setelah hari itu setelah melewati masa-masa liburan sekolah sang nenek mendadak sakit parah. ada yang bilang penyakit darah tinggi mbah uti kambuh, b'la..blaa.blaa..
Gadis yang saat itu masih kanak-kanak hanya berfikir "ahh nanti mbah uti juga sembuh". Namun hari ke hari keadaan mbah uti semakin memburuk. ketika Gadis sudah mulai masuk sekolah di Sekolah Dasar ia terpilih menjadi "km" atau bisa disebut juga ketua kelas dikelasnya . saat itu ia kembali ditemani oleh temen-temannya di Taman Kanak-kanak dulu, dan juga toni temn sekelasnya sewaktu TK dulu yang kini sekelas lagi dengannya tapi karena umur mereka yang sudah bertambah mungkin ini yang manjadi alasan mengapa mereka tidak lagi sering bertengkar (Gadis dan Toni) malah sekarang Gadis menjadi bulan-bulanan temen-temannya karena sering terlihat berdiskusi dengan tonjlep alias toni. mereka menyangka bahwa ada hubungan khusus antara tonjlep dan Gadis. maklum lah pemikiran anak kelas 1 SD yang sudah terkena film film india, sudah sedikit tahu apa itu perasaan istimewa yang disebut dengan "cinta" namun banyak orang yang menyebutnya cinta monyet.
dua minggu telah berlalu hari-hari Gadis di Sekolah Dasar, pagi itu gadis terbangun lebuh awal karena mendengar banyak suara di kamarnya. ia yang baru saja terbangun langsung keluar dari kamarnya dan melihat orang-orang disekelilingnya sedang menangis.
"mama nangis, mbah kakung pingsan ana apa yah" tanyanya dalam hati.
ia yang saat itu kebingungan lalu memutuskan unutk mencari ibunya yang baru saja pulang dari Jakarta seminggu yang lalu karena dikabari oleh mbah kakung bahwa mbah uti sedang sakit parah.
"ma deneng akeh wong"
ibu yang saat itu sedang menangis langsung memeluk gadis dengan erat, dan terus menangis. dan apa yang terjadi saat itu gadis  menoleh kebelekang dan melihat jenazah sang nenek sudah terbujur kaku di atas meja., yah nenek Gadis telah meninggal dunia. namun anehnya Gadis tak menangis, ia malah teringat sebuah perkataan mbah buyutnya saat gadis sedang bermain dipelataran rumah mbah uyut, ada rombongan pengantar jenazah melewati depan rumah mbah buyut dan Gadis yang saat itu sedang asik bermain langsung lari terbirit-birit karena takut melihat keranda mayat yang sedang dipikul oleh beberapa orang dan di tutup kain hijau. ia langsung mengumpat di kolong meja dan tiba dikagetkan oleh mbah buyut.
"DORRR...",
"Ahhhh mbah meneng nyong wedi",
"Wedi nang ngapa"
"guehh ana wong mati liwat".
mbah buyutpun tertawa mendengar perkataan gadis kecil ini.
"gyeh ringokna kabeh kabeh wong urip mesti mengko mati, uwis ngeneh aja wedi maning"
ya, perkataan itu yang diingat oleh Gadis saat melihat mbah uti.
saat itu banyak sekali warga desa yang melayat dirumah Gadis, nenek gadis adalah sosok orang yang sangat baik terhadap tetanggga, ia sering dihina oleh tetangganya karena kemiskinan yang menjerat mereka namun tak pernah mendendam kepada mereka yang telah menghinanya malah sering kali mbah uti menolong mereka ketika mereka sedang kesusahan. watak teladan yang selalu diajarkan kepada anak-anaknya dan cucunya yaitu Gadis yang ingat betul saat ia minta uang kepada mbah uti untuk membeli jajan, walaupun hanya Rp.100 namun saat itu benar-benar  mbah uti tidak mempunyai uang karena keadaan sawah yang sedang peceklik namun untungnya mbah punya 5 ekor bebek yang setiap hari bertelur lalu mbah memberikannya kepada Gadis untuk ditukarkan dengan jajanan yang ia inginkan, tapi terkadang Gadis harus mencari "klara" atau daun pisang kering untuk dijualnya kewarung yang nantinya akan dipakai untuk membukus oleh si pemilik warung.
beberapa jam setelah mbah uti dimakamkan ayah Gadis dan Bibi dan pamanya baru samapi rumah, mereka telat, mereka sedih tak bisa melihat wajah ibu mereka untuk terahir kalinya.
sejak hari itu setiap malam diadakan tahlilan hingga hari ketujuh setelah hari kematian mbah uti, rasanya Sepi tanpa kehadiran mbah uti, begitu yang Gadis rasakan saat itu. tak ada lagi orang yang mengantarnya kesekolah dengan sepeda ontel tiap pagi, tak ada lagi orang yang mengikat rambutnya sesuai dengan keinginannya.
namun seminggu berselang setelah hari kematian neneknya, sang kakek menikahi wanita lain, seorang janda yang entah dikenalnya dimana.

0 komentar:

Posting Komentar